Boy In Luv || Jejeauurd || Justin Bieber ,
Selena Gomez || Songfic(?)School life,
Romance, Teenagers || Oneshoot ( < 2.500 words ) || BTS : Boy In Luv
“I wanna be your lover, I’m huger for your love, I wanna be your lover.
Look! I will get you finally”
~@^-^@~
“Dad, how did you
ask mom to go out?”
ask mom to go out?”
“Oh, c’mon! Pick up the phone, Dad!”
‘Tuut... tuut..’
‘Sorry, the number – ‘
“Oh, dad, how could you.....-“
“Ah, hello, Jeremy Bieber here, can I help you?”
“Dad! It’s me, I wanna talk with you, can I?”
“Oh, Justin! Kenapa kau menggunakan nomor lain? Ada apa dengan ponselmu?”
“Ah, panjang ceritanya.. Dad, -“
“Wait a minute okay?....... Oh!
Jaxon jangan injak perkamen itu!....Oke, sampai mana tadi kita?”
“I wanna talk-...”
“Wait... Yaa! Noooo! Jaxon!! Turun dari meja!!! ”
Ugh, seperti inikah keadaannya ketika ia ingin bicara tentang hal yang
lumayan ‘penting’ dengan ayahnya?
“Bye, Dad!”
Tut.
Tanpa tunggu aba-aba lagi, ia pun segera memutuskan sambungan telfon
tersebut. Lalu keluar dari phonebox
dan segera mengejar seorang gadis yang mulai keluar dari toko bunga.
Bruk!
Jika kau berlari di mana pun, kau memang harus berhati-hati.
“Sorry, sir!” sambil menunjukkan V-sign, Justin tersenyum tapi masih
dengan larinya yang makin kencang. Sementara pria yang ditabraknya hanya
memasang wajah datar, marah tak terima. Masa bodah pikirnya. Ia juga sudah
minta maaf.
Senyum merekah di bibirnya ketika mendapati gadis itu masih di sana. Di
toko bunga itu. Tapi senyumnya luntur, ketika
seorang wanita paruh baya mendekati gadis itu. Lalu, gadis itu masuk lagi ke
dalam toko bunga.
Dengan segera Justin menghentikan langkahnya.
“Oh, shit!”
“Hei! Watcha doin here, dude?”
“Hey, Cody!”
“Oh, oh, oh, kau masih mencoba berkenalan dengannya? Or, are you wanna ask her to go out tonight?” Cody menaik-turunkan
alisnya sambil terus menggoda sahabat baiknya itu.
“Never mind! Wanita tua itu
sangat galak”
“Whoaa, itu
ibunya kah? Why?”
“Kau lupa,
hah! Dua minggu yang lalu aku membeli bunga di sana. Lalu aku bertemu si gadis
itu. Ah, aku hanya ingin menolongnya. Dia menyusun pot-pot bunga di rak paling
atas, dan saat dia hampir jatuh, aku menyelamatkannya. Ya tuhan!! Aku memegang
pinggangnya... Aku masih ingat betul tatapannya, oh! Cody!!”
“Hei bro! Sadarlah! Kau berlebihan sekali,
aku ingat kok, ibunya melihatmu kan? Tapi segera ia malah mengusirmu dengan melempar sekop kan hahahahahaaa...”
“Shut up! Itu tak lucu, garing!”
“Ekhm, oke.
Kufikir rencana ini tak buruk”
“Apa?”
tanya Justin dengan wajah malas.
“Temui ia
di sekolah”
“Kau gila!
Aku bahkan tak tahu namanya, well
meski ia pasti satu sekolah dengan kita”
“Kau bodoh!
Jadi stalker sehari juga tak masalah”
“Ibunya kan pshyco,
bagaimana jika-”
“Ibunya
membunuhmu dengan bibit-bibit anggrek bulan? Oh c’mon kau kepalang paranoid dengannya!”
“Well, deal! Tapi temani aku”
“Menemanimu!
Er, bagaimana ya? Er...”
“Tiket
bioskop? Film apa yang ingin kau tonton?”
“Ah, aku
tak butuh itu! Tapi aku , ah bagaimana mengatakannya man?!”
“What? Kau bisa ambil bola basketku jika
kau mau!”
“Ah, kau
lupa aku sudah punya bola basket sendiri!”
“Oke, pik
baru gitarku?” Cody menggeleng
“Koleksi jersey ku?” Masih menggeleng
“Say what you want!”
“Heheheee..
Bantu aku mendapatkan nomor ponsel Caitlin”
“Murahan”
“Ya! Kau
mau kubantu tidak?”
“Deal!”
“Deal!”
Maka di
hari itu, keduanya memperhatikan gadis toko bunga itu di cafe terdekat,
menunggu gadis itu keluar dari tempatnya. Sesekali mereka berdua bersembunyi
ketika si Ibu galak curiga terhadapnya. Ah, bisa apa remaja ketika jatuh cinta?
~@^-^@~
“Oh, namanya Selena! Ya, Selenaaa”
Ia terus mengulang nama gadis itu. Ah, Justin
mungkin tak akan lupa dengan hari ini. Yeah, at least he knew her name.
Selena, such a
beautiful name. Such a beautiful girl.
Ia mengingat benar wajah cute itu, tersenyum ke arahnya bahkan menjabat tangannya tadi. Oh,
ternyata ide Cody tak buruk juga rupanya. Meskipun, tadi mereka memang
tertangkap basah mengikuti Selena yang pulang sendirian. Itu semua karena ulah
Cody. Oke, siapa suruh ia terjatuh begitu konyolnya saat mereka bersembunyi
menguntit gadis secantik Selena.
Maka hari itu, adalah hari termanis bagi
Justin.
~@^-^@~
“She makes me to be abrupt, huff and
puff and snivel without a reason.
I'm serious but cut up nasty stupidly in front of you.
What is this? It's getting on my nerves! She makes me a kid though I'm mature.
I wanna turn this situation inside out! Connecting coincidently to mate for each other.
If I went to university with you I could go well”
I'm serious but cut up nasty stupidly in front of you.
What is this? It's getting on my nerves! She makes me a kid though I'm mature.
I wanna turn this situation inside out! Connecting coincidently to mate for each other.
If I went to university with you I could go well”
Justin sekarang tahu namanya, nomor ponselnya,
kelasnya, nomor absennya, jadwal kegiatannya bahkan ia tahu alamat rumah
Selena. Tapi entah perasaan apa menerpanya ketika ia melihat Selena melintas
dengan seorang laki-laki.
Cemburu? Mungkin.
Justin juga tak tahu ketika ia ingin memukuli
semua anak basket hari ini begitu ia melihat Selena tersenyum di depan banyak
orang. Tertawa manis sekali, berjalan sangat anggunnya bahkan, melihat Selena
menyentuh lembut kelopak mawarpun rasanya Justin kesal.
Bisakah ia lakukan
semuanya untukku?
Hanya untukku?
Baiklah, ini bukan rasa cemburu namanya. Tapi
bolehkah jika kita sebut ini sebagai, obsesi? Obsesi memiliki seorang Selena?
Ah, kenapa Selena mudah sekali mengobrak-abrik
perasaannya. Memporak-porandakan pondasi yang selama ini ia buat. Ya, Justin
selama ini belum pernah merasakan jatuh cinta. Apa sih ia di mata Selena?
Kenapa sih, Justin yang notabenenya berumur tujuh belas tahun tiba-tiba
bermental aneh layaknya ia baru tujuh tahun.
Maka Justin untuk kesekian kalinya membayangkan
hal apa saja yang akan ia lakukan ketika Selena menjadi miliknya nanti.
Mengajaknya ke taman? Well, terdengar tidak mungkin. Toh, untuk mengajaknya berkenalan saja Justin
takut setengah mati pada ibunya. Apalagi meminta izin untuk mengajak selena
kencan? Gila.
Atau memintanya untuk menemani Justin latihan
basket seusai jam sekolah selesai? Ah, tidak. Anak basket yang lain pasti akan
memperhatikan Selena yang cantik itu. Jangan!
Atau mengajaknya ke kantin tiap jam istirahat
dan sebelum bel sekolah berdentang? Not
bad.
Satu lagi untuk keselamatannya, apa lebih baik
jika setiap pagi ia menjemput Selena dan setiap pulang ia mengantar Selena? Peduli apa nanti ia
ditatap banyak orang di sekolah. Menggandeng seorang gadis cantik berdarah
latin di koridor sekolah. Ah, itu pasti menyenangkan.
Segera ia tepis semua fikiran itu jauh-jauh, karena
ia baru ingat, ibunya – Selena - galak.
~@^-^@~
“Why am I checking your profile
picture on SNS everyday though it's always same as it was.
But don't underestimate me! I'm not that easy guy.
Fretting, im fretting. What are you? Are you that superior?
Why are you teasing me, teasing me? Now stop it and hold up, hold up!”
Fretting, im fretting. What are you? Are you that superior?
Why are you teasing me, teasing me? Now stop it and hold up, hold up!”
Pulang sekolah Justin segera mengecek akun twitternya. Mencari siapa lagi jika
bukan akun milik Selena. Ketika nama gadis itu muncul di kolom pencarian,
senyumnya terkembang lagi. Ia menahan nafasnya sejenak sebelum mengorek lebih
jauh profil gadis itu.
1..
2..
3..
Loading..
1..
2..
3..
Ah, got it!
Ugh, sayangnya, dari minggu kemarin Selena
belum meng-update situs sosial nya tersebut.
Justin sendiri bingung, kenapa dengan gampangan ia selalu mengecek akun gadis
itu. Padahal tak akan ada perubahan apa-apa jika Selena belum on (?)
Hei, ada apa dengannya? Rasa ingin memiliki
seorang Selena sangat besar di dalam dirinya. Ia tak bisa sehari tanpa melihat
Selena tersenyum, tapi sangat benci ketika gadis itu tersenyum di depan banyak
orang. Ia tak bisa melewatkan untuk tidak mengecek akun pribadi gadis itu,
padahal jika ia cek-pun belum tentu ada perubahan. Ah, ia kenapa begini?
“Selena.. Kau membuatku gila!”
~@^-^@~
“If you lose me, you would be sorry about it.
Even after you noticed the alarm of receiving my mms you don't read that.
And it irritates me. “
Even after you noticed the alarm of receiving my mms you don't read that.
And it irritates me. “
Untuk kesekian
kalinya, Justin mengirimkan ucapan selamat malam. Tapi Selena tak pernah
membalasnya. Justin yakin. Di tengah kesibukannya sendiri, ia juga masih sempat
kok hanya sekedar mengecek ataupun membalas pesan. Tapi gadis ini, tak pernah
membalas pesannya.
Ah, jangankan
membalas. Jangan-jangan, untuk membacanya saja dia enggan.
“Lihat, nanti
kau yang akan bertekuk lutut padaku!”
~@^-^@~
“Gation I should buy. Faster faster faster!
Trying to appeal to you, struggling struggling struggling!
True heart ? I got 'em. Bottom of heart ? I got 'em.
The only thing that I cannot have is your beau beau beauty.
How should I change myself? Hold up!
Push and full? Collecting guys? I don't know about it!
But you can call me instead of 911 when you're sick.
If you order me to cry then I cry. Laugh then I laugh. Roll then I roll.”
Hari itu jam
sekolah telah usai. Semua anak langsung berhamburan keluar kelas. Awalnya,
Justin malas untuk ikut keluar kelas. Maka, ia memilih untuk tetap bermain game di laptopnya. Lagipula, jam latihan
basket masih lumayan lama.
Begitu matanya
menangkap bayangan Selena yang melintas kelasnya, buru-buru ia keluar. Koridor
sekolah memang sedang ramai, sangat ramai malah. Tapi tak ada susahnya bagi
Justin untuk menemukan Selena yang sedang berjalan sendiri. Segera ia menarik
tangan Selena lalu mengajaknya ke koridor lain yang terbilang sudah sepi.
Salahkah Justin
jika ia mendorong Selena ke tembok dingin koridor sekolah? Menahan si gadis dengan
tangan di kedua sisi kepalanya. Salahkah jika ia malah mencoba menghapus jarak
yang ada? Sementara Selena hanya merundukkan kepalanya. Semakin Justin
merapatkan badannya, Selena makin mencoba menjauh. Mendorong dada Justin jauh –
jauh.
Lagipula, gadis
mana yang tak kaget ketika ditarik paksa kemudian mendapat perlakuan
mengejutkan seperti ini? Selena tentu masih normal. Ia marah, kesal, takut dan
terkejut dalam waktu yang sama. Dan ia bingung harus bagaimana selain menunduk.
Menolak menatap iris hazel di depannya.
“Tolong jangan
tersenyum di depan banyak orang” Justin bicara sangat lembut sambil
menelusupkan sebagian surai hitam Selena yang tergerai ke belakang telinga.
Selena terdiam.
Kurang ajar! Apa-apaan ini?
Segera ia dorong
Justin dengan segala sisa tenaganya. Lalu berteriak dengan keras, wajahnya
merah padam lalu ia lari secepat mungkin.
“Bodoh! Kau kira
kau siapa? Apa maksudmu? Pervert!”
Justin tergugu,
sejenak ia berfikir. Apa yang salah? Dia hanya menyatakan perasaan yang selama
ini ia alami. Segera ia tersadar. Ayolah,
ini tidak baik. Dia telah membuat Selena membencinya bukan? Masa bodoh.
~@^-^@~
“Hold me tight or I'll make a move on you.
My heart could loss you (unless you hold me tight.)
Say what you want Say what you want
What do you really want?”
My heart could loss you (unless you hold me tight.)
Say what you want Say what you want
What do you really want?”
Esoknya, ia masih memikirkan bagaimana nantinya
ia dengan Selena. Sekarang, ia hanya bisa pasrah meletakkan kepalanya di kusen
jendela kelas. Lalu tatapannya teralihkan setelah ia melihat Selena yang lagi –
lagi melintas di depan kelasnya.
Tanpa pertimbangan apapun, ia malah lari
mengejar gadis itu keluar. Sekarang koridor kelas masih sepi. Selena telah
sampai di deretan lokernya. Ia sedang menukar buku-bukunya di sana. Lagi – lagi
tanpa fikir panjang, Justin langsung menutup loker Selena yang terbuka. Lalu
memutar badan gadis itu. Gadis ini terkejut bukan main.
Justin menahannya seperti waktu itu. Tapi kali ini selena tak merasakan
hal lain seperti ketakutan misalnya. Ia malah berani menatap si mata hazel. Tatapannya
menuntut. Ia merasa kesal sekarang.
“Apa maumu?”
“Aku pernah bilang, jangan pernah kau tunjukkan senyummu di depan
orang banyak, bukan?”
“Lantas, apa itu masalah buatmu hah?” dia
mendongak menantang Justin.
“Ya! Itu masalah buatku! Semua yang ada padamu
masalah buatku jika kau menunjukkannya pada orang lain. Jika kau memperlakukan
orang lain sama maka itu masalah buatku! Karena aku hanya ingin kau memperlakukanku
begitu! Berhentilah bersikap baik di depan orang banyak. Bagaimana jika nanti
orang banyak yang suka padamu?
Banyak yang memperebutkanmu? Apa jadinya jika
kau tersakiti? Apa kau akan mengaduh kesakitan setelah orang-orang itu pergi
karena tak ingin melihatmu lagi? Hey, wake
up! Jika kau hanya bersikap baik padaku, tersenyum padaku maka aku akan
melaukan apapun untukmu! Kau minta aku lari, aku akan berlari. Kau minta aku
menangis, aku akan menangis, kau minta aku tertawa aku akan tertawa, even if you ask me roll, then i’ll do it for
you!”
Butuh sepersekian detik selena mencerna rentetan
kalimat panjang tadi. Nafas Justin memburu. Seumur hidupnya, barusan adalah
kalimat terpanjang yang pernah ia ucapkan hanya dengan satu tarikan nafas.
“Just say
what you want”
“...”
~@^-^@~
“I wanna be your lover.
Why can't you know my love?
If you ignore me and teat me coldly I can't take you out of my mind.
I wanna be your lover. Look! I will get you finally
For my heart can touch your heart I'll run to you.”
If you ignore me and teat me coldly I can't take you out of my mind.
I wanna be your lover. Look! I will get you finally
For my heart can touch your heart I'll run to you.”
“Justin, are you serious?”
“Yes, I am!”
Terdengar suara
pintu berderit. Kedua anak remaja itu masuk dengan tangan saling menggenggam.
Sementara seorang wanita paruh baya yang baru tiba dari arah berlawanan
terkaget. Ia bahkan menjatuhkan pot bunga yang baru ia ambil.
“Selena, what are you doing, dear?”
Gadis itu
tersenyum smpul. Lalu, mengajak pria yang digandengnya mendekat ke arah si
wanit tua.
“Mom, he is Justin”
Ibunya membekap
mulutnya tak percaya. Ya Tuhan, anakku sudah besar rupanya. Segera ia tarik
Selena menjauh dari Justin.
“Wait a minute, oke” kata Selena.
Sementara Justin hanya mengacungkan jempolnya.
“Selena, apa ia
pria yang menolongmu tempo hari?”
Selena
mengangguk mantap.
“Dia kekasihmu?
Kau yakin?”
Selena
mengangguk lagi.
“Oh God, look at my daughter. She has grew up
very fast! Apa dia anak baik-baik?”
Selena tak
mengangguk. Malah ia tertawa. Lalu menjawab,
“Jika ia tak
baik, aku tak mau dengannya”
“Ya Tuhan,
jangan sampai dia macam-macam padamu! Aku percaya pada kalian!”
“Of course, mom”
Lalu keduanya
kembali ke tempat awal. Justin lantas tersenyum lalu menyapa ibunya Selena.
Yang disapa malah menunjukkan wajah galaknya. Jujur, nyali Justin langsung ciut
seketika. Tapi, ia tak boleh membuat Selena kecewa. Maka, ia tetap memasang
wajah cool nya itu.
“Mau apa kau?”
“I’m sorry madam, can I go with your daughter
tonight?”
Selena memandang
ibunya setengah cemas. Taku-takut ibunya malah marah.
“She’s goona be fine, madam”
Ibunya menimbang
sejenak sebelum mengizinkan mereka untuk berkencan. Maka Justin sangat
berterima kasih pada beliau. Lalu mereka berpamitan untuk pergi.
______________
“Ibumu tak
begitu galak”
Kata Justin
sambil menendang batu kerikil di depannya.
“Tak galak tapi cukup
membuatmu ketakutan”
Justin memandang
Selena dengan tatapan kecewa yang dibuat-buat. Sementara gadis itu malah asyik
menyeruput minumannya.
“Why?”
“Kau cantik”
“Kau penakut!”
Justin menarik
Selena kepelukannya
“Lepaskan!”
“Tidak mau,
malam ini sangat dingin”
“Justru kita
harus segera pulang dari taman ini agar tidak mati kedinginan”
Segera Justin
menarik Selena ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari situ. Ia
membukakan pintu lalu mempersilahkan Selena masuk duluan. Setelahnya, ia
kembali ke kursi kemudi.
“But I’m serious. You are beautiful”
“Yeah, thanks. You never say that i’m ugly.
Padahal aku jelek, lho” Justin tertawa mendengar jawaban Selena. Gadis ini tak
pernah bisa merendakan diri dengan baik, pikirnya.
“Oke, kau jelek.
Sangat jelek”
Selena cemberut,
“Kau bilang tadi
aku cantik”
Kali ini Justin
tertawa lebih kencang dari sebelumnya.
“Ah, kau aneh.
Aku bilang kau cantik, kau tak mau. Kubilang jelek, kau juga tak mau”
Selena terdiam
merutuki dirinya sendiri.
“Hey, look at me. I’m more interesting than
the snow”
Merasa
diabaikan, Justin menarik wajah Selena. Gadis ini bisa terkena serangan jantung
tiba-tiba jika Justin selalu melakukan hal di luar perkiraan.
“Kau jelek,
memang jelek. Tapi, senyummu tidak pernah jelek”
Dengan tiba-tiba
Justin mendekatkan wajahnya dan mengecup pelan bibir gadisnya. Selena kaget.
Sepertinya, kaget merupakan hobi barunya setelah ia mengenal Justin.
- fin -
Also posted in my wp acc. Thanks~

Tidak ada komentar:
Posting Komentar