Sabtu, 19 April 2014

Chatting (Fanfic)

Gambar

Tittle : Chatting || Author : Ya gue lah yaaa~ || Main Cast : Kim Taehyung (BTS) & OC/You || Genre : Friendship, Romance/uhuk/, gaje dikit ._.v || Lenght : Oneshoot (<3000words)


"Anak ini gila, memang gila, dan aku suka padanya!"




~@^-^@=Woooke, Happy Reading All=@^-^@~

Kim Taehyung : Ini sudah malam, kau belum tidur? :/
22:30

You : Ah, peduli apa aku soal waktu selarut ini? Toh besok libur :p
22:31

Kim Taehyung : Iya sih, tapi kan badanmu yang tipis itu perlu istirahat (-,-“
22:31

You : Tipis? Kau fikir aku kertas? ҂ ` o ´ )=3
22:32

Kim Taehyung : Bahkan kau lebih tipis dari kertas, babo! -____-“
22:32

You : Kau jahat! Tunggu pembalasanku, Hyungie!
22:33

Kim Taehyung : Iya, nanti kutunggu :v Sana, tidur! Ppalli
22:34

You : Aku belum mengantuk -__-
22:35

Kim Taehyung : Perlu kah sekarang aku ke kamarmu dan menemanimu hingga kau tidur?
22:36

You : Yak! Jangan gila! Lampu kamarmu saja sudah mati, pasti kau sedang bersembunyi dengan laptopmu di balik selimut, ya kaan? xD
22:37

Kim Taehyung : Tidak. Tau apa kau? \ -,-)”
22:37

___________

Aku mendesis sebal. Cih, anak ini! Jelas aku tahu. Toh, balkon kamar kami bersebrangan. Pelan – pelan aku bergerak ke arah jendela kamarku. Hanya untuk memastikan kata – katanya. Ku sibak sedikit gorden, nah! Terlihat bukan. Kamarnya sudah gelap, tak ada cahaya dari kamarnya. Aku tahu betul Taehyung. Dia tidak akan berani keluar kamar di jam segini. Ayahnya yang super disiplin itu pasti telah mengurung anak bungsunya di kamar.

Tung!

Tung!

Ah, aku lupa. Aku sedang chatting dengannya. Kembali kutarik kursiku ke meja belajar. Notifikasi chatting SNS masuk lagi rupanya. Aku berani bertaruh kalau itu masih dari Taehyung.

Kim Taehyung : Hey, nona sok tahu. Aku serius lho, hahahaha :v
22:37

Kim Taehyung : Kau tak mengucapkan selamat padaku, eoh?
22:38

Kim Taehyung : Ih, kau ke mana sih?
22:39

Kim Taehyung : Kau mengintip ya? Ih, dasar .. stalker!
22:40

Kim Taehyung : Stalker... stalkerrrr~
22:40
___________

Aku meninggalkannya kurang dari lima menit. Tapi , dia telah mengirimkan 5 pesan sekaligus. Anak ini, daebak!

You : Tidak. Jangan sok tahu! Aku hanya pergi sebentar :p
22:40

You : Selamat untuk apa?
22:43

Kim Taehyung : Aku tahu, kau di rumah sendiri kan? Aku juga \m/
22:44
__________

Apa maksudnya ini? Orang tuaku memang sedang pergi ke Busan untuk seminggu ini. Oh, pantas saja dia berani online tengah malam. Pasti dia sedang mencari kesempatan dalam kesempitan. Aku tahu, dia jarang main ke mana – mana. Jadi, selagi orang tuanya pergi, dia pasti membuka aneka game konsolnya dan surfing internet.

You : Lalu, apa pedulimu?
22:45

Kim Taehyung : Tadi aku menang lomba basket lagi. Ah, aku memang keren B^)
22:46

You : Kau aneh, bodoh!! Masalah buatmu, jika aku sendirian apa? Apanya yang keren sih lari-lari bersepuluh di lapangan mengejar satu bola? ¬_¬
22:47

Kim Taehyung : Tidak, hanya saja aku punya cerita horor.. Lucu bukan? :3 Kau buta olah raga -_-“
22:47
___________ 

Dia tahu aku sendirian di rumah, dan sekarang dia malah ingin menceritakan cerita mistis? Anak ini gila ya? Dia kan tahu, dari dulu, dari kami masih duduk di sekolah dasar sampai sekarang aku takut hal-hal seperti itu. Atau jangan-jangan, dia hanya ingin mendapat pujian dariku. Jadi, dia mengancam secara tak langsung dengan cerita horor.

You : Waaaah... Selamat ya, kau memang hebat bermain basket ^^)9
22:49

Kim Taehyung : Thanks. Kau menyogokku ya? Tetap, aku punya cerita horor :3
22:50

You : Tidak, aku mengucapkannya dari hati yang paling dalam. Jangan macam-macam, Hyungie! Aku serius.
22: 51

Kim Taehyung : Kau takut ya?
22:51

You : Nope. I’m brave enough  -_-)9
22:52

Kim Taehyung : Jangan bohong. Biasanya, makhluk astral suka dengan orang penakut yang munafik. Ia akan datang menemui orang yang seperti itu!
22:53

You: Kau tak lucu! Sungguh.
22:55

Kim Taehyung : Aku serius. Kemarin, ada seorang gadis ditemukan tewas di dalam rumahnya. Setelah ditelusuri, saat itu ia sedang chatting di SNS. Kebetulan juga, saat itu sedang malam dan hujan lebat. Satu lagi, dia sendirian di rumah.
22:57

You : Hyungie, jebal. Aku mengaku, aku takut -_-v
22:58

Kim Taehyung : Tepat pukul sebelas, gadis itu mendapatkan e-mail teror dari orang tak dikenal...
22:58

You : Hyungie, aku sendirian..
22:58
__________

Pukul sebelas. Malam hari. Sendirian. Hujan. Taehyung, kau gila! Kau gila, kau pasti mengada-ada!

Kim Taehyung : Jangan biarkan kau putus koneksi dengan siapapun di malam hari, apalagi seperti ini.
22:59

Sial. Taehyung, apa yang kau bicarakan? Ini tak lucu. Sekali lagi, aku tak suka hal-hal berbau mistis dan Taehyung si super bawel tahu itu. Tapi, kenapa dia masih membahasnya? Memangnya, tak ada topik bahasan lain selain itu? Persetan dengannya, aku ingin buang air kecil.

Dengan segenap keberanian, aku menuju kamar mandi yang juga ada di dalam kamarku. Belum sampai ke kamar mandi, tiba-tiba aku mendengar suara petir. Aku menjerit kaget bercampur takut. Ah, ini gila! Kamarku di lantai dua, aku sendirian. Buru-buru aku masuk kamar mandi. Setelah aku buang air kecil, aku buru-buru lagi membuka pintu.

Baru tanganku menarik kenopnya, tiba –tiba semuaya gelap. Mati lampu. Sial! Ini hujan. Aku langsung ingat perkataan Taehyung tadi,

Jangan biarkan kau putus koneksi dengan siapapun di malam hari, apalagi seperti ini.

Gila. Anak itu gila! Aku segera berlari ke sumber cahaya satu-satunya. Meja belajar! Beruntung laptopku masih menyala. Di situ satu-satunya ada cahaya. Kulihat, terakhir Taehyung mengirimiku pesan yang belum kubalas maupun kubaca. Mungkin itu saat aku sedang di kamar mandi,

“Jangan putus koneksi, ingat itu!”

Dan itu tepat pada pukul sebelas malam. Buru-buru aku membalasnya.

You : Hyungie.. Kau di sana?
23:04 (failed)

You : Testeu
23:05 (failed)

Klik (refresh)

“Can’t connect with internet”
 __________

Aku terperangah. Sialan, aku lupa! Koneksi wifi pasti mati juga! Ponsel. Aku mencari ponsel ke mana-mana. Sambil berharap jika lampu menyala seketika. Ya Tuhan, jika si Taehyung tak menceritakan padaku apapun yang berbau horor, pasti aku tak setakut ini. Sementara di luar sana, hujan terus turun dengan lebatnya. Gila! Ini gila!

Setelah ponsel ada di tanganku, buru-buru kutelfon Taehyung. Aku harap, anak itu masih pada jangkauan. Memang, negaraku adalah negara dengan koneksi internet maupun ponsel terbaik di dunia. Tapi, dalam keadaan gelap disertai petir menggelegar begini apa yang bisa ku harapkan.

Terdengar nada sambung dari sebrang sana. Tapi tetap saja, dia tak mengangkat panggilanku. Taehyung, kau sungguh tak membantu. Berkali-kali aku mencoba menghubunginya, dia tetap tak mengangkat panggilanku. Aku juga sudah mengirimkan pesan tapi dia tak membalasnya.

Haruskah sekarang aku membuka jendela dan memanggilnya dari sana. Berharap dia akan datang menemuiku. Aku jadi menyesal telah menolak tawarannya tadi. Heh, tawaran? Tunggu, ah tidak, tidak, tidak! Itu tak bagus.

Tap.. tap..

Tap.. tap..

Apa aku tak salah dengar? Ada orang lain di sini. Di dalam rumahku. Ini gila! Siapapun, tolonglah aku! Hey, haruskah aku menghubungi 119. Aku takut, sungguh takut. Langsung aku loncat ke atas kasur dan menyembunyikan diriku dibalik selimut. Aku tak bisa membayangkan bagaimana rupa makhluk yang datang ke rumahku. Bagaimana jika itu.... hantu? Atau parahnya, itu pembu- Ah! Andwae!!

Cklek..

Ada yang membuka pintu kamarku. Serius. Aku berani bersumpah pasti dia yang tadi berjalan di luar kamar. Aku semakin mengeratkan cengkramanku pada selimut. Jantungku, ah rasanya ingin copot. Badanku menggigil kedinginan bercampur ketakutan. Tapi, aku juga mengeluarkan keringat. Gila, sekali lagi, ini gila! Aku tak mau mengobrol dengan Taehyung lagi di SNS. Aku benci Taehyung, benci! Sangat membencinya!

Aku mendengar suara langkah kaki yang perlahan mendekat ke arahku. Kugigit selimutku keras-keras. Tiba-tiba aku teringat ponsel. Sial, di mana ponselku di keadaan segenting ini? Ah, masa bodoh aku tak peduli. Yang penting aku selamat. Tuhan, selamatkan aku, jebal.

Di tengah ketakutanku, tiba-tiba aku merasakan selimutku di tarik paksa. Kontan aku memejamkan mata. Aku menangis menutup wajahku dengan kedua telapak tangan, dan berguling menghadap kiri.

“Siapapun kau, jangan sakiti aku. Jebal, aku janji aku tak akan main SNS hingga larut malam meskipun hari libur”

Bodoh, kata-kata itu malah keluar begitu saja dari mulutku. Reflek aku menutup mulutku. Aku menangis dengan volume yang makin kecil dan badanku makin bergetar. Aku takut, setangah mati takut. Entah bagaimana caranya untuk mendeskripsikan ketakutanku.

Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang dingin, seperti jari tangan menyentuh bahu kiriku. Dingin sekali, bahkan rasa dinginnya menembus bajuku. Ya Tuhan, selamatkan aku Ya Tuhan.

“Heh, ini aku!”

Aku kenal suara berat itu. Ketakutanku berkurang entah kemana. Yang jelas aku merasa aman, sedikit. Kubalikan tubuhku menghadap ke arahnya. Ya ampun, ini Taehyung! Si anak bawel kurang ajar tadi! Aku masih menangis, meringis, gemetaran dan kedinginan.

Aku langsung memeluknya. Tak peduli walaupun dia basah kuyup. Hujan di luar sangat lebat pasti dia kehujanan saat ke mari. Walaupun rumah kami bersebelahan, yang namanya hujan lebat begini, angin pasti membawa air hujan ke mana-mana.

“Kau tak apa? Mianhae, aku tak tahu jika kau akan jadi seperti ini” di balas memelukku. Mengusap pelan rambutku. Gara-gara dia aku jadi ketakutan. Aku hanya menganggukkan kepalaku pelan. Saat ini, aku pasti terlihat sangat lemah di matanya. Aku masih menangis meskipun sekarang dia telah memelukku.

Wangi shampoo dan tubuhnya memenuhi indera penciumanku. Dan aku makin merasa aman. Seperti dia akan selalu melindungiku.

Mianhae, jeongmal mianhae. Aku hanya bercanda tadi” nada suaranya terdengar lirih dan bergetar. Apa dia menyesal? Aku tak peduli. Benar-benar tak peduli.

Dia menuntunku duduk di pinggir ranjang lalu menyelimutiku. Rasanya ada yang hilang ketika dia melepaskan pelukanku tadi. Dia bersimpuh di depanku, samar-samar aku bisa melihatnya tersenyum. Jemari basahnya mengelap sisa-sisa air mataku, lalu bergerak menyibak anak rambut yang malang melintang di wajahku. Menyelipkannya di balik telingaku.

“Jangan cengeng. Ayolah, aku hanya bercanda. Lagipula, ayah dan ibumu menitipkanmu padaku selama seminggu nanti. Kau aman bersamaku, percayalah” nada bicaranya meyakinkan. Dan aku hanya bisa mengangguk pasrah. Memangnya, orang tua dia ke mana sih?

“Ah, sebentar” dia bangkit. Reflek, aku menahan tangannya.

“Jangan pergi, jebal

“Hehe, aniya.. Aku hanya ingin mengganti bajuku, ini basah tak enak”

Dengan sisa-sisa cahaya yang ada, aku bisa melihatnya mengambil baju dalam tas yang ia bawa. Jaket yang ia kenakan pun menetes-neteskan air di setiap ujungnya. Ada rasa sedikit tak tega padanya. Kenapa orang tua ku meminta dia repot-repot begini. Meskipun dia memang nakal dan jahil tapi tetap saja rasanya kasihan jika dia harus menemaniku yang super penakut.

“Jangan mengintip, oke?” tanyanya disertai tawa pelan. Aku hanya menggeleng lalu menutup mataku dengan tangan. Beberapa menit kemudian, dia kembali duduk disampingku.

“Kenapa kau kebasahan?” aku bertanya pelan padanya. Dia malah tertawa lalu mencubit pipiku. Anak ini gila! Memang gila! Dan aku suka orang gila seperti dia.

“Payungku terbang terbawa angin, aku berusaha mengambilnya tapi terlalu jauh jika kukejar. Jadi, kubiarkan saja. Tadi kau menelfon ku ya ? Mian, aku tak membawa ponsel, aku buru-buru ke sini setelah ibumu menelfonku” dia merangkulku, akupun menyandarkan kepalaku di bahunya. Sekali lagi, dia membuatku nyaman.

“Jangan menangis lagi, oke? Lebih baik sekarang kita tidur, cha!”

“Bajuku basah, Hyungie”

“Aih, kalau begitu tak usah pakai baju”

Pervert!

Dia memang membuatku nyaman tapi, penyakit kurang ajarnya belum hilang. Aku langsung memukulnya sekencang mungkin. Dia hanya terkekeh lalu, bersedia mengambilkan bajuku. Meskipun lampu belum menyala, penglihatan Taehyung tetap akurat. Aku salut pada mata tajamnya, padahal dia sering berlama-lama di depan benda elektronik tapi matanya masih selalu sehat.

Walaupun dia nakal dan jahil, tapi dia pria baik-baik. Dia memutar tubuhnya menunggu aku selesai berganti pakaian. Aku berdiri dan mengambil keranjang di sudut kamar lalu membereskan baju basah milikku.

“Hyungie, baju basahmu tadi di mana?”

Dia menghampiriku lalu menyerahkan baju basahnya. Setelah itu, dia kembali menuntunku ke arah ranjang. Dia tahu jika kemampuan melihatku tak sebagus kemampuannya (tapi ini berlebihan, sungguh). Perlahan dengan kaki yang masih gemetaran, aku berbaring lalu dia menyelimutiku.

“Jaljayo” katanya. Sebelum dia berjalan, lagi-lagi aku menahan langkahnya.

“Hyungie, setelah kau menakut-nakutiku, kau mau meninggalkanku? Jangan bodoh! A...aku.. aa..aakuu ta-”

“Kau takut petir. Lalu?”

“Aku terima tawaranmu yang tadi”

Sejenak, ia mengernyit tak paham. Tersenyum lalu mengangguk singkat, ia ikut berbaring di sampingku dan memakai selimut yang sama. Setidaknya, aku merasa jadi lebih tenang.

“Hyungie, “

“Hmm?”

“Orang tua mu ke mana?”

“Mereka ke Ilsan. Menemui nenek selama seminggu”

Aku hanya ber-oh ria mendengar penuturannya. Kami mengobrol cukup lama. Hingga akhirnya terdengar bunyi panggilan dari ponselku. Taehyung yang menemukannya duluan. Ia kemudian mengambil ponselku, mengangkat panggilan tersebut serta menyalakan loudspeaker. Ternyata itu dari ibuku. Dia hanya menanyakan kabarku. Jam segini dia baru ingat putri bungsunya? Daebak!

“Pukul dua belas kurang. Ayo tidur!” ia lalu memejamkan matanya dengan posisi menghadap ke arah langit-langit kamar. Wajahnya sangat damai, dan dia sangat – Ah, apa yang aku pikirkan.

“Jangan terus-terus memandangiku, aku tahu aku tampan”

Blush.

Dia sejak kapan jadi sebegininya? Percaya diri sekali. Buru-buru aku memeluk gulingku lalu mencoba memejamkan mata. Belum aku sampai di alam mimpi, tiba-tiba bunyi petir sangat kencang. Hingga, suara alarm mobil tetanggaku terdengar. Aku kembali ketakutan. Taehyung malah telah terlelap sepertinya. Buru-buru aku menyingkirkan guling yang tadi kupeluk, aku mencoba membangunkan Taehyung. Aku takut, lagi.

“Hyungie, ada petir” kataku pelan

Taehyung membuka matanya lalu menatapku sebentar. Dia tersenyum lagi. Kau Kim Taehyung, berhentilah tersenyum! Dia memelukku, lagi. Dan aku sangat berterima kasih padanya. Dia sudah repot – repot datang ke sini hingga payungnya terbang dan kehujanan. Lalu, dia diminta menjagaku selama seminggu.

“Jika kau takut, katakan saja. Jika kau merasa tak nyaman, katakan saja” aku hanya megangguk. Suara beratnya benar-benar tak imbang dengan wajah imutnya.

Ya ampun, apa yang sebenarnya aku pikirkan?! Kenapa dari tadi aku jadi murahan begini? Tapi aku tak peduli, rasa takutku lebih mendominasi. Secara tak sadar, aku langsung mencengkram kaosnya dengan kuat ketika mendengar suara petir. Sementara dia mengeratkan pelukannya. Memberikan rasa hangat tersendiri bagiku.

“Apa kau selalu begini jika petir datang?” tanyanya dengan mata masih terpejam

“Ya. Ibu atau oppaku yang biasanya akan memelukku hingga aku tertidur”

“Bisakah aku menggantikan posisi mereka?”

Aku mengernyit lalu mendongak ke atas hanya untuk menatapnya. Dia ternyata sudah membuka matanya. Aku masih mencerna kata-katanya tadi.

“Bisakah aku melindungimu dari segala ketakutanmu, menggantikan posisi mereka yang biasanya ada di sampingmu?”

“Maksudmu apa?”

“Kau ingat kan, tempo hari yang lalu aku bertanya tentang kekasih mu?”

Ah, aku ingat dan aku hanya mengangguk.

“Kenapa kau belum punya kekasih?”

“Oh, karena aku memang belum ingin. Aku baru kelas 2 SMA. Aku belum ingin punya kekasih” lagi-lagi petir datang dan aku hanya membenamkan kepalaku di dadanya. Aku bahkan bisa mendengar detakan jantungnya. Sepertinya, detakan jantungku lebih cepat dari itu.

Mendengar jawabanku tadi, ia hanya berdehem singkat. Dan bodohnya, aku malah balik bertanya. Bagaimana dengannya. Dia malah menatapku aneh. Aku jadi agak takut. Kurenggangkan pelukannya saat mata kami bertemu. Tapi petir lagi-lagi mengangguku. Jadi, ku eratkan kembali. Aku ingin menangis sekarang. Aku menghindari menatap wajahnya.

“Kau mau tahu jawabanku?”

A..ani, jika kau tak mau memberitahu juga tak masalah” dia hanya mendengus

“Padahal aku baru mau jawab” dia mengerucutkan bibirnya, dasar sok imut!

“Kalau begitu, jawablah”

Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan

“Karena, kau sendiri belum ingin punya kekasih. Jadi, aku tak punya kekasih”

Aku terdiam. Lagi-lagi, aku lamban mencerna tiap kata-katanya. Ya ampun, efek ketakutan membuat IQ – ku turun sepertinya. Bahkan, aku lebih mengutamakan perasaaan daripada logika untuk berfikir normal. Ini gila! Sekali lagi, gila!

“Taehyung, dari tadi aku tak mengerti maksudmu”

Dia mendengus lagi

“Bukan tak mengerti. Tapi kau tidak peka.. Aku menyukaimu dari dulu, bodoh”

Blush..

Untuk pertama kalinya aku tak begitu takut saat petir datang. Anak aneh ini mengatakannya sendiri, di depanku. Dia menyukaiku. Haruskah aku percaya itu?

“Kenapa.. bisa?”

Dia tertawa. Ya Tuhan, tenggelamkanlah aku di sungai Han. Eh, andwae.. aku tak bisa berenang.

“Bisa saja. Tapi itu rahasia. Jika sekarang aku memintamu jadi kekasihku, apa kamu mau?”

Aku melotot tak percaya. Apa dia baru saja menyatakan perasaannya, sungguhan? Kim Taehyung bisa serius? Daebak! Jjang! Dia memintaku menjadi kekasihnya. Ini mimpi, pasti mimpi.

Aku menyukainya dari rambutku masih dikepang dua dengan hiasan pita merah di tiap ujungnya. Hingga sekarang, mataku dipasang soft lens minus pun aku masih suka. Itu sudah sebelas tahun lamanya. Dan sekarang, dia balik menyukaiku. Dia pasti sangat mengantuk!

“Hey, aku mengatakan ini secara sadar ya. Kau mau kan jadi kekasihku? Dengar, sejak kau dikepang dua dengan pita merah yang menempel di tiap ujungnya hingga sekarang kau gonta-ganti frame kacamata bahkan lensa sekalipun, aku tetap suka”

Ha, sejak kapan dia pintar membaca pikiran dan mengulang ucapan orang? Aku melongo tak percaya. Si bawel ini, si gila ini benar-benar ajaib. Dia mampu merubah keadaan mencekam jadi begini. Aku tak tahu harus bilang apa. Bodohnya, aku malah menangis di depannya.

“Jangan menangis, aku tak tega” dia mengelus kepalaku pelan lalu mengecup ujung kepalaku. Ya Tuhan, di kehidupan yang dulu, dia ini makhluk apa? Kenapa dia begitu manis sekarang.

“Taehyung, aku menyukaimu”

Dia tersenyum bahagia dan seketika, lampu menyala. Sial, ini semua apa-apaan. Jangan bilang kalau Taehyung bekerja sama dengan petugas listrik untuk mengerjaiku. Ugh, kejam.

“Jadi, kita resmi nih?”

“Ha, resmi apa?”

Now we’re in relationship. Itu artinya, kau sudah punya kekasih. Begitu juga denganku”

Aku langsung mendorongnya. Melepaskan pelukannya, toh aku jadi tak takut pada petir lagi. Tapi dia malah menarikku dan memelukku dengan erat dan mencium puncak kepalaku lagi.

Gomawo” katanya hangat. Dia tersenyum manis sekali. Aku belum pernah lihat senyumnya yang begini.

“Hei, lihat sekarang jam satu kurang. Ayo tidur!” aku menganggukkan kepalaku. Lalu menjauh darinya dan mulai memejamkan mataku. Tiba-tiba dia melingkarkan tangannya di pinggangku. Lalu membisikkan selamat malam sebelum kami sama-sama terlelap.

Anak ini gila, memang gila, dan aku suka padanya!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

- fin? -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar