Tittle : Chatting || Author : Ya gue lah yaaa~ || Main Cast : Kim Taehyung (BTS) & OC/You || Genre : Friendship, Romance/uhuk/, gaje dikit ._.v || Lenght : Oneshoot (<3000words)
"Anak ini gila, memang gila, dan aku suka
padanya!"
~@^-^@=Woooke, Happy
Reading All=@^-^@~
Kim Taehyung : Ini sudah malam, kau belum
tidur? :/
22:30
You : Ah, peduli apa aku soal waktu selarut
ini? Toh besok libur :p
22:31
Kim Taehyung : Iya sih, tapi kan badanmu yang tipis
itu perlu istirahat (-,-“
22:31
You : Tipis? Kau fikir aku kertas? ҂ ` o ´ )=3
22:32
Kim Taehyung : Bahkan kau lebih tipis dari
kertas, babo! -____-“
22:32
You : Kau jahat! Tunggu pembalasanku, Hyungie!
22:33
Kim Taehyung : Iya, nanti kutunggu :v Sana,
tidur! Ppalli
22:34
You : Aku belum mengantuk -__-
22:35
Kim Taehyung : Perlu kah sekarang aku ke
kamarmu dan menemanimu hingga kau tidur?
22:36
You : Yak! Jangan gila! Lampu kamarmu saja
sudah mati, pasti kau sedang bersembunyi dengan laptopmu di balik selimut, ya
kaan? xD
22:37
Kim Taehyung : Tidak. Tau apa kau? \ -,-)”
22:37
___________
Aku mendesis sebal. Cih, anak ini! Jelas aku
tahu. Toh, balkon kamar kami bersebrangan. Pelan – pelan aku bergerak ke arah
jendela kamarku. Hanya untuk memastikan kata – katanya. Ku sibak sedikit gorden,
nah! Terlihat bukan. Kamarnya sudah gelap, tak ada cahaya dari kamarnya. Aku
tahu betul Taehyung. Dia tidak akan berani keluar kamar di jam segini. Ayahnya
yang super disiplin itu pasti telah mengurung anak bungsunya di kamar.
Tung!
Tung!
Ah, aku lupa. Aku sedang chatting dengannya.
Kembali kutarik kursiku ke meja belajar. Notifikasi chatting SNS masuk lagi rupanya. Aku berani bertaruh kalau itu masih
dari Taehyung.
Kim Taehyung : Hey, nona sok tahu. Aku serius
lho, hahahaha :v
22:37
Kim Taehyung : Kau tak mengucapkan selamat
padaku, eoh?
22:38
Kim Taehyung : Ih, kau ke mana sih?
22:39
Kim Taehyung : Kau mengintip ya? Ih, dasar .. stalker!
22:40
Kim Taehyung : Stalker... stalkerrrr~
22:40
___________
Aku meninggalkannya kurang dari lima menit.
Tapi , dia telah mengirimkan 5 pesan sekaligus. Anak ini, daebak!
You : Tidak. Jangan sok tahu! Aku hanya pergi
sebentar :p
22:40
You : Selamat untuk apa?
22:43
Kim Taehyung : Aku tahu, kau di rumah sendiri
kan? Aku juga \m/
22:44
__________
Apa maksudnya ini? Orang tuaku memang sedang
pergi ke Busan untuk seminggu ini. Oh, pantas saja dia berani online tengah
malam. Pasti dia sedang mencari kesempatan dalam kesempitan. Aku tahu, dia
jarang main ke mana – mana. Jadi, selagi orang tuanya pergi, dia pasti membuka
aneka game konsolnya dan surfing
internet.
You : Lalu, apa pedulimu?
22:45
Kim Taehyung : Tadi aku menang lomba basket
lagi. Ah, aku memang keren B^)
22:46
You : Kau aneh, bodoh!! Masalah buatmu, jika
aku sendirian apa? Apanya yang keren sih lari-lari bersepuluh di lapangan
mengejar satu bola? ¬_¬
22:47
Kim Taehyung : Tidak, hanya saja aku punya
cerita horor.. Lucu bukan? :3 Kau buta olah raga -_-“
22:47
___________
Dia tahu aku sendirian di rumah, dan sekarang
dia malah ingin menceritakan cerita mistis? Anak ini gila ya? Dia kan tahu,
dari dulu, dari kami masih duduk di sekolah dasar sampai sekarang aku takut
hal-hal seperti itu. Atau jangan-jangan, dia hanya ingin mendapat pujian dariku.
Jadi, dia mengancam secara tak langsung dengan cerita horor.
You : Waaaah... Selamat ya, kau memang hebat
bermain basket ^^)9
22:49
Kim Taehyung : Thanks. Kau menyogokku ya? Tetap,
aku punya cerita horor :3
22:50
You : Tidak, aku mengucapkannya dari hati yang
paling dalam. Jangan macam-macam, Hyungie! Aku serius.
22: 51
Kim Taehyung : Kau takut ya?
22:51
You : Nope.
I’m brave enough -_-)9
22:52
Kim Taehyung : Jangan bohong. Biasanya, makhluk
astral suka dengan orang penakut yang munafik. Ia akan datang menemui orang
yang seperti itu!
22:53
You: Kau tak lucu! Sungguh.
22:55
Kim Taehyung : Aku serius. Kemarin, ada seorang
gadis ditemukan tewas di dalam rumahnya. Setelah ditelusuri, saat itu ia sedang
chatting di SNS. Kebetulan juga, saat
itu sedang malam dan hujan lebat. Satu lagi, dia sendirian di rumah.
22:57
You : Hyungie, jebal. Aku mengaku, aku takut
-_-v
22:58
Kim Taehyung : Tepat pukul sebelas, gadis itu
mendapatkan e-mail teror dari orang tak dikenal...
22:58
You : Hyungie, aku sendirian..
22:58
__________
Pukul sebelas. Malam hari. Sendirian. Hujan.
Taehyung, kau gila! Kau gila, kau pasti mengada-ada!
Kim Taehyung : Jangan biarkan kau putus koneksi
dengan siapapun di malam hari, apalagi seperti ini.
22:59
Sial. Taehyung, apa yang kau bicarakan? Ini tak
lucu. Sekali lagi, aku tak suka hal-hal berbau mistis dan Taehyung si super
bawel tahu itu. Tapi, kenapa dia masih membahasnya? Memangnya, tak ada topik
bahasan lain selain itu? Persetan dengannya, aku ingin buang air kecil.
Dengan segenap keberanian, aku menuju kamar
mandi yang juga ada di dalam kamarku. Belum sampai ke kamar mandi, tiba-tiba
aku mendengar suara petir. Aku menjerit kaget bercampur takut. Ah, ini gila!
Kamarku di lantai dua, aku sendirian. Buru-buru aku masuk kamar mandi. Setelah
aku buang air kecil, aku buru-buru lagi membuka pintu.
Baru tanganku menarik kenopnya, tiba –tiba
semuaya gelap. Mati lampu. Sial! Ini hujan. Aku langsung ingat perkataan
Taehyung tadi,
“Jangan
biarkan kau putus koneksi dengan siapapun di malam hari, apalagi seperti ini.”
Gila. Anak itu gila! Aku segera berlari ke sumber cahaya satu-satunya. Meja belajar! Beruntung laptopku masih menyala. Di situ
satu-satunya ada cahaya. Kulihat, terakhir Taehyung mengirimiku pesan yang
belum kubalas maupun kubaca. Mungkin itu saat aku sedang di kamar mandi,
“Jangan putus koneksi,
ingat itu!”
Dan itu tepat pada pukul sebelas malam.
Buru-buru aku membalasnya.
You : Hyungie.. Kau di sana?
23:04 (failed)
You : Testeu
23:05 (failed)
Klik (refresh)
“Can’t connect with
internet”
__________
Aku terperangah. Sialan, aku lupa! Koneksi wifi
pasti mati juga! Ponsel. Aku mencari ponsel ke mana-mana. Sambil berharap jika
lampu menyala seketika. Ya Tuhan, jika si Taehyung tak menceritakan padaku
apapun yang berbau horor, pasti aku tak setakut ini. Sementara di luar sana,
hujan terus turun dengan lebatnya. Gila! Ini gila!
Setelah ponsel ada di tanganku, buru-buru kutelfon
Taehyung. Aku harap, anak itu masih pada jangkauan. Memang, negaraku adalah
negara dengan koneksi internet maupun ponsel terbaik di dunia. Tapi, dalam
keadaan gelap disertai petir menggelegar begini apa yang bisa ku harapkan.
Terdengar nada sambung dari sebrang sana. Tapi
tetap saja, dia tak mengangkat panggilanku. Taehyung, kau sungguh tak membantu.
Berkali-kali aku mencoba menghubunginya, dia tetap tak mengangkat panggilanku.
Aku juga sudah mengirimkan pesan tapi dia tak membalasnya.
Haruskah sekarang aku membuka jendela dan
memanggilnya dari sana. Berharap dia akan datang menemuiku. Aku jadi menyesal
telah menolak tawarannya tadi. Heh, tawaran? Tunggu, ah tidak, tidak, tidak!
Itu tak bagus.
Tap.. tap..
Tap.. tap..
Apa aku tak salah dengar? Ada orang lain di
sini. Di dalam rumahku. Ini gila! Siapapun, tolonglah aku! Hey, haruskah aku
menghubungi 119. Aku takut, sungguh takut. Langsung aku loncat ke atas kasur
dan menyembunyikan diriku dibalik selimut. Aku tak bisa membayangkan bagaimana
rupa makhluk yang datang ke rumahku. Bagaimana jika itu.... hantu? Atau
parahnya, itu pembu- Ah! Andwae!!
Cklek..
Ada yang membuka pintu kamarku. Serius. Aku
berani bersumpah pasti dia yang tadi berjalan di luar kamar. Aku semakin
mengeratkan cengkramanku pada selimut. Jantungku, ah rasanya ingin copot. Badanku
menggigil kedinginan bercampur ketakutan. Tapi, aku juga mengeluarkan keringat.
Gila, sekali lagi, ini gila! Aku tak mau mengobrol dengan Taehyung lagi di SNS.
Aku benci Taehyung, benci! Sangat membencinya!
Aku mendengar suara langkah kaki yang perlahan mendekat
ke arahku. Kugigit selimutku keras-keras. Tiba-tiba aku teringat ponsel. Sial,
di mana ponselku di keadaan segenting ini? Ah, masa bodoh aku tak peduli. Yang
penting aku selamat. Tuhan, selamatkan aku, jebal.
Di tengah ketakutanku, tiba-tiba aku merasakan
selimutku di tarik paksa. Kontan aku memejamkan mata. Aku menangis menutup
wajahku dengan kedua telapak tangan, dan berguling menghadap kiri.
“Siapapun kau, jangan sakiti aku. Jebal, aku
janji aku tak akan main SNS hingga larut malam meskipun hari libur”
Bodoh, kata-kata itu malah keluar begitu saja
dari mulutku. Reflek aku menutup mulutku. Aku menangis dengan volume yang makin
kecil dan badanku makin bergetar. Aku takut, setangah mati takut. Entah
bagaimana caranya untuk mendeskripsikan ketakutanku.
Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang dingin,
seperti jari tangan menyentuh bahu kiriku. Dingin sekali, bahkan rasa dinginnya
menembus bajuku. Ya Tuhan, selamatkan aku Ya Tuhan.
“Heh, ini aku!”
Aku kenal suara berat itu. Ketakutanku
berkurang entah kemana. Yang jelas aku merasa aman, sedikit. Kubalikan
tubuhku menghadap ke arahnya. Ya ampun, ini Taehyung! Si anak bawel kurang ajar
tadi! Aku masih menangis, meringis, gemetaran dan kedinginan.
Aku langsung memeluknya. Tak peduli walaupun
dia basah kuyup. Hujan di luar sangat lebat pasti dia kehujanan saat ke mari.
Walaupun rumah kami bersebelahan, yang namanya hujan lebat begini, angin pasti membawa air
hujan ke mana-mana.
“Kau tak apa? Mianhae, aku tak tahu jika kau
akan jadi seperti ini” di balas memelukku. Mengusap pelan rambutku. Gara-gara
dia aku jadi ketakutan. Aku hanya menganggukkan kepalaku pelan. Saat ini, aku
pasti terlihat sangat lemah di matanya. Aku masih menangis meskipun sekarang
dia telah memelukku.
Wangi shampoo dan tubuhnya memenuhi indera
penciumanku. Dan aku makin merasa aman. Seperti dia akan selalu melindungiku.
“Mianhae, jeongmal mianhae. Aku hanya bercanda
tadi” nada suaranya terdengar lirih dan bergetar. Apa dia menyesal? Aku tak peduli.
Benar-benar tak peduli.
Dia menuntunku duduk di pinggir ranjang lalu
menyelimutiku. Rasanya ada yang hilang ketika dia melepaskan pelukanku tadi.
Dia bersimpuh di depanku, samar-samar aku bisa melihatnya tersenyum. Jemari
basahnya mengelap sisa-sisa air mataku, lalu bergerak menyibak anak rambut yang
malang melintang di wajahku. Menyelipkannya di balik telingaku.
“Jangan cengeng. Ayolah, aku hanya bercanda.
Lagipula, ayah dan ibumu menitipkanmu padaku selama seminggu nanti. Kau aman
bersamaku, percayalah” nada bicaranya meyakinkan. Dan aku hanya bisa mengangguk
pasrah. Memangnya, orang tua dia ke mana sih?
“Ah, sebentar” dia bangkit. Reflek, aku menahan
tangannya.
“Jangan pergi, jebal”
“Hehe, aniya.. Aku hanya ingin mengganti
bajuku, ini basah tak enak”
Dengan sisa-sisa cahaya yang ada, aku bisa
melihatnya mengambil baju dalam tas yang ia bawa. Jaket yang ia kenakan pun
menetes-neteskan air di setiap ujungnya. Ada rasa sedikit tak tega padanya.
Kenapa orang tua ku meminta dia repot-repot begini. Meskipun dia memang nakal
dan jahil tapi tetap saja rasanya kasihan jika dia harus menemaniku yang super
penakut.
“Jangan mengintip, oke?” tanyanya disertai tawa
pelan. Aku hanya menggeleng lalu menutup mataku dengan tangan. Beberapa menit
kemudian, dia kembali duduk disampingku.
“Kenapa kau kebasahan?” aku bertanya pelan
padanya. Dia malah tertawa lalu mencubit pipiku. Anak ini gila! Memang gila!
Dan aku suka orang gila seperti dia.
“Payungku terbang terbawa angin, aku berusaha
mengambilnya tapi terlalu jauh jika kukejar. Jadi, kubiarkan saja. Tadi kau
menelfon ku ya ? Mian, aku tak membawa ponsel, aku buru-buru ke sini setelah
ibumu menelfonku” dia merangkulku, akupun menyandarkan kepalaku di bahunya.
Sekali lagi, dia membuatku nyaman.
“Jangan menangis lagi, oke? Lebih baik sekarang
kita tidur, cha!”
“Bajuku basah, Hyungie”
“Aih, kalau begitu tak usah pakai baju”
Pervert!
Dia memang membuatku nyaman tapi, penyakit
kurang ajarnya belum hilang. Aku langsung memukulnya sekencang mungkin. Dia
hanya terkekeh lalu, bersedia mengambilkan bajuku. Meskipun lampu belum
menyala, penglihatan Taehyung tetap akurat. Aku salut pada mata tajamnya,
padahal dia sering berlama-lama di depan benda elektronik tapi matanya masih
selalu sehat.
Walaupun dia nakal dan jahil, tapi dia pria
baik-baik. Dia memutar tubuhnya menunggu aku selesai berganti pakaian. Aku
berdiri dan mengambil keranjang di sudut kamar lalu membereskan baju basah
milikku.
“Hyungie, baju basahmu tadi di mana?”
Dia menghampiriku lalu menyerahkan baju
basahnya. Setelah itu, dia kembali menuntunku ke arah ranjang. Dia tahu jika
kemampuan melihatku tak sebagus kemampuannya (tapi ini berlebihan, sungguh). Perlahan dengan kaki yang masih
gemetaran, aku berbaring lalu dia menyelimutiku.
“Jaljayo” katanya. Sebelum dia berjalan,
lagi-lagi aku menahan langkahnya.
“Hyungie, setelah kau menakut-nakutiku, kau mau
meninggalkanku? Jangan bodoh! A...aku.. aa..aakuu ta-”
“Kau takut petir. Lalu?”
“Aku terima tawaranmu yang tadi”
Sejenak, ia mengernyit tak paham. Tersenyum
lalu mengangguk singkat, ia ikut berbaring di sampingku dan memakai selimut
yang sama. Setidaknya, aku merasa jadi lebih tenang.
“Hyungie, “
“Hmm?”
“Orang tua mu ke mana?”
“Mereka ke Ilsan. Menemui nenek selama
seminggu”
Aku hanya ber-oh ria mendengar penuturannya.
Kami mengobrol cukup lama. Hingga akhirnya terdengar bunyi panggilan dari
ponselku. Taehyung yang menemukannya duluan. Ia kemudian mengambil ponselku,
mengangkat panggilan tersebut serta menyalakan loudspeaker. Ternyata itu dari ibuku. Dia hanya menanyakan kabarku. Jam segini dia baru ingat putri bungsunya? Daebak!
“Pukul dua belas kurang. Ayo tidur!” ia lalu
memejamkan matanya dengan posisi menghadap ke arah langit-langit kamar.
Wajahnya sangat damai, dan dia sangat – Ah, apa yang aku pikirkan.
“Jangan terus-terus memandangiku, aku tahu aku
tampan”
Blush.
Dia sejak kapan jadi sebegininya? Percaya diri
sekali. Buru-buru aku memeluk gulingku lalu mencoba memejamkan mata. Belum aku
sampai di alam mimpi, tiba-tiba bunyi petir sangat kencang. Hingga, suara alarm
mobil tetanggaku terdengar. Aku kembali ketakutan. Taehyung malah telah terlelap
sepertinya. Buru-buru aku menyingkirkan guling yang tadi kupeluk, aku mencoba
membangunkan Taehyung. Aku takut, lagi.
“Hyungie, ada petir” kataku pelan
Taehyung membuka matanya lalu menatapku
sebentar. Dia tersenyum lagi. Kau Kim Taehyung, berhentilah tersenyum! Dia
memelukku, lagi. Dan aku sangat berterima kasih padanya. Dia sudah repot –
repot datang ke sini hingga payungnya terbang dan kehujanan. Lalu, dia diminta
menjagaku selama seminggu.
“Jika kau takut, katakan saja. Jika kau merasa
tak nyaman, katakan saja” aku hanya megangguk. Suara beratnya benar-benar tak
imbang dengan wajah imutnya.
Ya ampun, apa yang sebenarnya aku pikirkan?!
Kenapa dari tadi aku jadi murahan begini? Tapi aku tak peduli, rasa takutku
lebih mendominasi. Secara tak sadar, aku langsung mencengkram kaosnya dengan
kuat ketika mendengar suara petir. Sementara dia mengeratkan pelukannya.
Memberikan rasa hangat tersendiri bagiku.
“Apa kau selalu begini jika petir datang?”
tanyanya dengan mata masih terpejam
“Ya. Ibu atau oppaku yang biasanya akan memelukku
hingga aku tertidur”
“Bisakah aku menggantikan posisi mereka?”
Aku mengernyit lalu mendongak ke atas hanya
untuk menatapnya. Dia ternyata sudah membuka matanya. Aku masih mencerna
kata-katanya tadi.
“Bisakah aku melindungimu dari segala
ketakutanmu, menggantikan posisi mereka yang biasanya ada di sampingmu?”
“Maksudmu apa?”
“Kau ingat kan, tempo hari yang lalu aku
bertanya tentang kekasih mu?”
Ah, aku ingat dan aku hanya mengangguk.
“Kenapa kau belum punya kekasih?”
“Oh, karena aku memang belum ingin. Aku baru
kelas 2 SMA. Aku belum ingin punya kekasih” lagi-lagi petir datang dan aku
hanya membenamkan kepalaku di dadanya. Aku bahkan bisa mendengar detakan
jantungnya. Sepertinya, detakan jantungku lebih cepat dari itu.
Mendengar jawabanku tadi, ia hanya berdehem
singkat. Dan bodohnya, aku malah balik bertanya. Bagaimana dengannya. Dia malah
menatapku aneh. Aku jadi agak takut. Kurenggangkan pelukannya saat mata kami
bertemu. Tapi petir lagi-lagi mengangguku. Jadi, ku eratkan kembali. Aku ingin
menangis sekarang. Aku menghindari menatap wajahnya.
“Kau mau tahu jawabanku?”
“A..ani, jika kau tak mau memberitahu juga tak
masalah” dia hanya mendengus
“Padahal aku baru mau jawab” dia mengerucutkan bibirnya, dasar sok imut!
“Kalau begitu, jawablah”
Dia menarik nafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya perlahan
“Karena, kau sendiri belum ingin punya kekasih.
Jadi, aku tak punya kekasih”
Aku terdiam. Lagi-lagi, aku lamban mencerna
tiap kata-katanya. Ya ampun, efek ketakutan membuat IQ – ku turun sepertinya.
Bahkan, aku lebih mengutamakan perasaaan daripada logika untuk berfikir
normal. Ini gila! Sekali lagi, gila!
“Taehyung, dari tadi aku tak mengerti maksudmu”
Dia mendengus lagi
“Bukan tak mengerti. Tapi kau tidak peka.. Aku
menyukaimu dari dulu, bodoh”
Blush..
Untuk pertama kalinya aku tak begitu takut saat
petir datang. Anak aneh ini mengatakannya sendiri, di depanku. Dia menyukaiku.
Haruskah aku percaya itu?
“Kenapa.. bisa?”
Dia tertawa. Ya Tuhan, tenggelamkanlah aku di
sungai Han. Eh, andwae.. aku tak bisa berenang.
“Bisa saja. Tapi itu rahasia. Jika sekarang aku
memintamu jadi kekasihku, apa kamu mau?”
Aku melotot tak percaya. Apa dia baru saja
menyatakan perasaannya, sungguhan? Kim Taehyung bisa serius? Daebak! Jjang! Dia
memintaku menjadi kekasihnya. Ini mimpi, pasti mimpi.
Aku menyukainya dari rambutku masih dikepang
dua dengan hiasan pita merah di tiap ujungnya. Hingga sekarang, mataku dipasang
soft lens minus pun aku masih suka.
Itu sudah sebelas tahun lamanya. Dan sekarang, dia balik menyukaiku. Dia pasti
sangat mengantuk!
“Hey, aku mengatakan ini secara sadar ya. Kau
mau kan jadi kekasihku? Dengar, sejak kau dikepang dua dengan pita merah yang
menempel di tiap ujungnya hingga sekarang kau gonta-ganti frame kacamata bahkan
lensa sekalipun, aku tetap suka”
Ha, sejak kapan dia pintar membaca pikiran dan
mengulang ucapan orang? Aku melongo tak percaya. Si bawel ini, si gila ini
benar-benar ajaib. Dia mampu merubah keadaan mencekam jadi begini. Aku tak tahu
harus bilang apa. Bodohnya, aku malah menangis di depannya.
“Jangan menangis, aku tak tega” dia mengelus
kepalaku pelan lalu mengecup ujung kepalaku. Ya Tuhan, di kehidupan yang dulu,
dia ini makhluk apa? Kenapa dia begitu manis sekarang.
“Taehyung, aku menyukaimu”
Dia tersenyum bahagia dan seketika, lampu
menyala. Sial, ini semua apa-apaan. Jangan bilang kalau Taehyung bekerja sama
dengan petugas listrik untuk mengerjaiku. Ugh, kejam.
“Jadi, kita resmi nih?”
“Ha, resmi apa?”
“Now
we’re in relationship. Itu artinya, kau sudah punya kekasih. Begitu juga
denganku”
Aku langsung mendorongnya. Melepaskan
pelukannya, toh aku jadi tak takut pada petir lagi. Tapi dia malah menarikku
dan memelukku dengan erat dan mencium puncak kepalaku lagi.
“Gomawo” katanya hangat. Dia tersenyum manis
sekali. Aku belum pernah lihat senyumnya yang begini.
“Hei, lihat sekarang jam satu kurang. Ayo
tidur!” aku menganggukkan kepalaku. Lalu menjauh darinya dan mulai memejamkan
mataku. Tiba-tiba dia melingkarkan tangannya di pinggangku. Lalu membisikkan
selamat malam sebelum kami sama-sama terlelap.
Anak ini gila, memang gila, dan aku suka
padanya!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
- fin? -

Tidak ada komentar:
Posting Komentar